LAPORAN PENDAHULUAN
ASuhan KEPerawatan KLIEN DENGAN
Penyakit Paru Obstruktif kronik
1.
Pengertian
a.
PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi
pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis
Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E.
J. 1993).
b.
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat
secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2
atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma
Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari
penyakit primer.(Enggram, B. 1996).
Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai
dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan
dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun,
paling sedikit 2 tahun berturut – turut.
Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru
yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi
dinding alveolar
Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai
dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai
macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan
oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
Asthma dibedakan menjadi 2 :
1.
Asthma Bronkiale Alergenik
2.
Asthma Bronkiale Non Alergenik
Asthma tidak dibahas disini karena
gejala dan tanda lebih spesifik dan ada pembahasan khusus mengenai penyakit
asma
3.
Penyebab PPOK
a.
Bronkitis Kronis
1)
Faktor tak diketahui
2)
Merokok
3)
Polusi Udara
4)
Iklim
b.
Emphysema
1)
Faktor tak diketahui
2)
Predisposisi genetic
3)
Merokok
4)
Polusi udara
c.
Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1.
Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2.
Infeksi saluran nafas
3.
Stress
4.
Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5.
obat-obatan
6.
Polusi udara
7.
lingkungan kerja
8.
Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)
4.
Gambaran Klinis
a.
Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda
kesulitan bernafas. Permulaan tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada
(dada terasa berat), Whezing, batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.
b.
Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis
Gambaran
|
Emphysema
|
Bronkhitis
|
Mulai timbul
|
Usia 30 – 40 tahun
|
20 – 30 tahun batuk akibat merokok (cacat pada usia
pertengahan)
|
Sputum
|
Minimal
|
Banyak sekali
|
Dispne
|
Dispnea relatif dini
|
Lambat
|
Rasio V/Q
|
Ketidakseimbangan minimal
|
Ketidakseimbangan nyata
|
Bnetuk Tubuh
|
Kurus dan ramping
|
Gizi cukup
|
Diameter AP dada
|
Dada seperti tong
|
Tidak membesar
|
Gambaran respirasi
|
Hyperventilasi
|
hypoventilasi
|
Volume Paru
|
FEV 1 rendah
TLC dan RV meningkat
|
FEV 1 rendah
TLC normal RV meningkat moderat
|
Pa O2
Sa O 2
|
Norml/rendah
Normal
|
Meningkat
Desaturasi
|
Polisitemia
|
Normal
|
Hb dan Hematokrit meningkat
|
Sianosis
|
Jarang
|
sering
|
Managemen Medis
Intervensi medis bertujuan untuk :
1)
Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan
spasme bronkus dan membersihkan secret yang berlebihan
2)
Memelihara keefektifan pertukaran gas
3)
Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4)
Meningkatkan toleransi latihan.
5)
Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status
asmatikus)
6)
Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7)
Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang
sering menyertai adanya obstruksi jalan nafas kronis.
Managemen medis yang diberikan berupa
1)
Pharmacologic management
a)
Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b)
Bronkodilator
Adrenergik : efedrin, epineprin,
beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik : aminophilin, tefilin
c)
Antihistamin
d)
Steroid
e)
Antibiotic
f)
Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan
cannula nasal.
2)
Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan
sekret dari paru-paru dan kemudian meningkatkan kerja silia dan menurunkan
resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer,
fisioterapi dada, postural drainase
3)
Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi
kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar lebih efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4)
Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas
harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga mencegah adanya alergen yang
masuk tubuh.
5)
Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya
dipsnea. Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makan
langsung banyak.
Management Keperawatan
Pengkajian :
1.
Riwayat atau faktor penunjang :
-
Merokok merupakan faktor penyebab utama.
-
Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
-
Riwayat alergi pada keluarga
-
Riwayat Asthma pada anak-anak.
2.
Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :
-
Alergen.
-
Stress emosional.
-
Aktivitas fisik yang berlebihan.
-
Polusi udara.
-
Infeksi saluran nafas.
3.
Pemeriksaan fisik :
a.
Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
·
Peningkatan dispnea.
·
Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan
(retraksi otot-otot abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping
hidung).
·
Penurunan bunyi nafas.
·
Takipnea.
b.
Gejala yang menetap pada penyakit dasar
Ø
Asthma
v Batuk
(mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.
v Mengi
saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.
v Pernafasan
cuping hidung.
v Ketakutan
dan diaforesis.
Ø
Bronkhitis
v Batuk
produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada
pagi hari.
v Inspirasi
ronkhi kasar dan whezzing.
v Sesak
nafas
Ø
Bronkhitis (tahap lanjut)
v Penampilan
sianosis
v Pembengkakan
umum atau “blue bloaters” (disebabkan oleh edema asistemik yang terjadi sebagai
akibat dari kor pulmunal).
Ø
Emphysema
v Penampilan
fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter thoraks anterior posterior
meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
v Fase
ekspirasi memanjang.
Ø
Emphysema (tahap lanjut)
v Hipoksemia
dan hiperkapnia.
v Penampilan
sebagai “pink puffers”
v Jari-jari
tabuh.
4.
Pemeriksaan diagnostik
§
Test faal paru
1)
Kapasitas inspirasi menurun
2)
Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis
dan asthma
3)
FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
4)
FVC awal normal ® menurun pada bronchitis
dan astma.
5)
TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada
emphysema).
§
Transfer gas (kapasitas difusi).
Pada Penyakit Paru Obstruktif
Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada emphysema : area permukaan
gas menurun.
¯
Transfer gas (kapasitas
difusi).menurun
§
Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia
sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah ®
gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri ® SaO2
oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena
pemakaian deuritika pada cor pulmunale.
§
Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2
meningkat, sering menurun pada astma. PH normal asidosis, alkalosis respiratorik
ringan sekunder.
§
Sputum :
Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.
§
Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran
jantung dan bendungan area paru-paru.
Pada emphysema paru :
Ø
Distensi >
Ø
Diafragma letak rendah dan mendatar.
Ø
Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
Ø
Jantung tampak memanjang dan menyempit.
§
Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap
bronkhiale pada ekspirasi kuat.
§
EKG.
Kelainan EKG yang paling dini
adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat Kor Pulmonal terdapat
deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase
QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1.
Sering terdapat RBBB inkomplet.
5.
Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake
cairan dan diet harian.
Aktivitas dan Istirahat
|
|
Gejala
|
Keletihan, kelelahan, malaise
|
|
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat
istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
|
Tanda
|
Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan
masa otot
|
Sirkulasi
|
|
Gejala
|
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
|
Tanda
|
Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher, sianosis perifer
|
Integritas ego
|
|
Gejala/tanda
|
Ansietas, ketakutan dan peka rangsang
|
Makanan/cairan
|
|
Gejala
|
Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan
karena distress pernafasan
Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB
karena edema (Bronkitis)
|
Tanda
|
Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB,
penurunan massa otot
|
Hygiene
|
|
Gejala
|
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas tubuh
|
Tanda
|
Kebersihan buruk, bau badan
|
Pernafasan
|
|
Gejala
|
Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau
episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan
berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum hijau, putih, kuning
dengan jumlah banyak (bronchitis)
Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif
(empisema),
Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin
|
Tanda
|
Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi
memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema)
Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest,
gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup
Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan
dapat juga redup/pekak karena adanya cairan).
Kesulitan bicara 94 – 5 kalimat 0
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
|
Seksualitas
|
Libido menurun
|
Interaksi sosial
|
|
Gejala
|
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung
|
tanda
|
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar keluarga
|
Diagnosa keperawatan
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan
jalan nafas, kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme
bronkus.
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap
peningkatan kerja pernafasan atau kesulitan masukan oral sekunder dari
anoreksia.
4.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan
prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-masing masalah yang ditemukan.
Tujuan Penatalaksanaan
·
Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas
hidup.
·
Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam
waktu singkat dan panjang.
·
Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
·
Mengurangi perburukan fungsi paru setiap
tahunnya.
Kriteria Keberhasilan :
·
Berkurangnya gejala sesak nafas.
·
Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
·
Membaiknya faal paru.
·
Menurunnya gejala psikologik (depresi,
kecemasan).
·
Memperbaiki kualitas hidup.
·
Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana tindakan
|
Rasional
|
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan
jalan nafas, kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau
spasme bronkus.
|
Klien mampu menunjukkan perbaikan oksigenasi.
Kriteria hasil
1.
Gas arteri dalam batas normal
2.
Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
3.
RR : 12 – 24 x /menit
4.
Bunyi nafas bersih
5.
Batuk (-)
6.
Ketidaknyamanan dada (–)
7.
Nadi 60 – 100 x/menit
8.
Dyspnea (–)
|
1.
Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri,
nadi dan nilai oksimetri
2.
Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna)
3.
Observasi tanda vital dan status kesdaran.
4.
Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas
klien
5.
Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan
6.
Pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan
disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7.
Kolaborasi untuk
a.
Berikan obat yang telah diresepkan
b.
Berikan obat depresan saraf dengan hati-hati
(sedatif/narkotik).
|
1.
Memantau perkembangan kegawatan pernafasan
2.
Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis
3.
Menentukan status pernafasan dan kesadaran
4.
Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang
membutuhkan banyak Okigen
5.
Memenuhi kebutuhan oksiegen
6.
Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn
7.
Obat depresan akan mendepresi system pernafasan dan
menyebabkan gagal nafas
|
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
|
Klien dapat mening-katkan bersihan jalan nafas
Kriteria hasil
1.
Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol
2.
Intake cairan adekuat
|
1.
Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika
tidak mampu :
a.
Ajarkan metode batuk terkontrol
b.
Gunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan
sekret)
c.
Lakukan fisioterapi dada
2.
Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada untuk
mengetahui kualitas suara nafas dan kemajuannya.
3.
Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik,
ekspektorans
4.
Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila
tidak ada kontra indikasi
5.
Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor
a.
Cegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan
individu yang menderita influenza
b.
Mencegah iritasi : asap rokok
c.
Imunisasi : vaksinasi Influensa.
|
1.
Memantau tingkat kepatenan jalan nafas dan
meningkatkan kemampuan klien merawat diri / membersihkan/membebaskan jalan
nafas
2.
Memantau kemajuan bersihan jalan nafas
3.
Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan
4.
mengencerkan sekert
5.
Menghindarkan bahan iritan yang menyebabkan kerusakan
jalan nafas
|
3.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap
peningkatan kerja pernafasan, kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia
|
Klien akan menunjukkan kemajuan/peningkatan status nutrisi
Kriteria hasil
a.
Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut
b.
Masukan makanan dan cairan meningkat
c.
Urine tidak pekat
d.
Output urine meningkat.
e.
Membran mukosa lembab
f.
Kulit tidak kering
g.
Tonus otot membaik
|
1.
Kaji kebiasaan diit. Catat derajat kesulitan
makan/masukan. Evaluasi BB
2.
Berikan perawaatan oral
3.
Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbont
4.
Sajikan menu dalam keadaan hangat
5.
Anjurkan makan sedikit tapi sering
6.
Kolaborasi tim nutrisi untuk menentukan diit
|
1.
Pasien distress pernafasan sering anoreksia. Dan juga
sering mempunyai pola makan yang buruk. Sehingga cenderung Bb menurun
2.
kebersihan oral menhilangkan bakteri penumbuh bau
mulut dan eningkatkan rangsangan /nafsu makan
3.
menimbulkan distensi abdomen dan meningkatkan dispnea
4.
Menu hangat mempenga-ruhi relaksasi spingkter /
saluran pencrnaan shg respon mual/muntah berkurang
5.
menegah perut penuh dan menurunkan resiko mual
6.
Menentukan diit yang tepat sesuai perhitungan ahli
gizi
|
4.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya.
|
Tujuan : rasa cemas
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1.
Klien mengungkapkan bahwa ia tidak cemas.
2.
Ekspresi wajah rileks.
3.
RR : 12 – 24 X / menit.
4.
N : 60 - 100 X / menit
|
1.
Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2.
Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
cemasnya.
3.
Lakukan pendekatan kepada klien dengan tenang dan
meyakinkan dan hindari pemberian informasi atau instruksi yang bertele-tele
dan terus menerus.
4.
Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat tentang
tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien
untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5.
Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter,
dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik
dan seoptimal mungkin.
6.
Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi
pasien secara bergantian.
7.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
|
1.
Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami
pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2.
Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3.
Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien
sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4.
Penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan
intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut
serta dalam tindakan keperawatan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5.
Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu
menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6.
Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota
keluarga yang menunggu.
7.
Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
|
daftar pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Amin muhammad,
Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press. Surabaya.
Blac,MJ Jacob.
(1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc
Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Barbara Engram.
(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC.
Jakarta.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan
Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
Soeparman,
Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Sylvia Anderson
Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses -
Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Yunus Faisal.
(1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. “Q”
DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
DI
RUANG KEPERAWATAN IRNA III RSUD KOTA MATARAM
Tanggal MRS :
31 januari 2013
Ruang :
RM :
Pengkajian :
6 februari 2013
I. Pengkajian
1.
Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa :
Agama :
Status Marietal :
Pekerjaan :
Pendidikan :
-
Alamat :
2.
Identitas penanggung jawab
Nama :
Hub. Dengan
klien :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan : -
Jenis kelamin :
3.
Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama
sesak
b.
Riwayat penyakit sekarang
klien masuk melalui IGD dengan
keluhan sesak, sering kambuh, nyeri uluh hati, tidur harus ½ duduk.
c.
Riwayat penyakit dahulu
klien mengatakan bahwa klien
mempunyai riwayat asma sejak kecil.
d.
Riwayat penyakit keluarga
Orang tua dan saudarah dari klien
ada juga yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini.
4.
Genogram
Keterangan :
: laki-laki / perempuan
: meninggal
:
garis pernikahan
: garis
keturunan
: pasien
5.
Pola
aktivitas sehari-hari
(1)
Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Pada klien
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak Penyakit Paru
Obstruktif Kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya
dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang
lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti
pasien.
(2)
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Akibat
mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress
pernafasan maka berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan penderita.
(3)
Pola Eliminasi
Jumlah urine
1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.
Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.
(4)
Pola tidur dan Istirahat
Perlu tidur
dalam posisi duduk cukup tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon
terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda :
gelisah, insomnia.
(5)
Pola Aktivitas dan latihan
Keletihan,
kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas. Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa otot.
(6)
Pola Hubungan dan Peran
Hubungan
ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan
mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan
antar keluarga.
(7)
Pola Sensori dan Kognitif
Klien mampu
melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.
(8)
Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Adanya perubahan
fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem). Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat
penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
(9)
Pola Seksual dan Reproduksi
Libido menurun,
gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak
pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di rumah sakir klien tidak
dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
(10)
Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Lamanya waktu
perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa kecemasan
(Ansietas), ketakutan dan peka rangsang, mudah tersinggung dan marah, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
/ adaptif.
(11)
Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya perubahan
status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOM tidak menghambat klien
dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah klien.
Personal Higiene
Penurunan
Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh ®
Kebersihan buruk, bau badan.
Ketergantungan
Klien tidak
mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan
takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan
yang diprogramkan.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan
ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan
mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya
sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama dijalankan setiap saat. Klien
sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang
diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh
masyarakat setempat.
Saat ini klien
merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
6.
Pemeriksaan
fisk
1)
Keadaan Umum :
baik
2)
Kesadaran :
composmetis
3)
Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 94 x/menit
Tekanan
darah : 110/70 mmHg.
Respirasi : 28 x/menit
4)
Body Systems
(1)
Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi
28 x/menit. Nafas pendek, khususnya pada saat kerja atau pada saat sesak nafas
kambuh, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.
(2)
Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 94 x/menit kuat dan teratur,
tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu 36,5 0C.
(3)
Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata
: Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
Persepsi Sensori : Tidak ada kelainan/ Dalam batas
normal.
Pendengaran : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penciuman : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pengecapan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penglihatan : Tidak ada
kelainan/ Dalam batas normal.
Perabaan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas
normal.
(4)
Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna
urine kuning muda.
(5)
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal,
Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi
maupun diare, klien buang air besar 1 x/hari.
(6)
Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas/terbatas
Ekstrimitas :
Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Atas : Tidak ada
kelainan/ Dalam batas normal.
Bawah : Tidak ada kelainan/ Dalam batas
normal.
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan/ Dalam batas
normal.
Warna kulit : Tidak ada kelainan/ Dalam batas
normal.
Akral : Tidak ada kelainan/ Dalam batas
normal.
Turgor :
Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tidak terdapat kontraktur maupun
dikubitus.
7.
Terapi
(1)
Furosemid 3 x 1 amp
(2)
Cefotaxim 3 x 1 g
(3)
Ciprofloxacin 2 x 200 mg
(4)
Ranitidine 2 x 1 amp
(5)
Metyl 2 x 62,5
(6)
Infuse RL 1 flash/hari
(7)
Nebu combivent /8jam
(8)
Ambroxol 3 x 1
8.
Pemeriksaan penunjang
Hasil Laboratorium
Tanggal
|
Jam
|
PLT
|
Result
|
Limit
|
31 januari 2013
|
11:08
|
31
|
10³/µL
|
150 - 400
|
1 februari 2013
|
07:23
|
48
|
10³/µL
|
150 - 400
|
1 februari 2013
|
11:11
|
49
|
10³/µL
|
150 - 400
|
ANALISA DAN SINTESA DATA
NO
|
D A T A
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
DS :
Klien mengatalakn sesak
nafas. rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.
DO :
1.
Warna kulit perifer cianosis.
2.
RR : 32 x /menit.
3.
Nafas pendek.
4.
Pengguanaan otot bantu pernafasan
5.
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
|
peningkatan produksi mukus.
|
Gangguan pertukaran gas
|
3.
|
DO :
Klien hanya makan
beberapa sendok dari makanan yang disajikan.
DS :
Klien mengeluh sesak nafas pada
waktu makan
|
Intake makanan yang kurang.
|
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
4.
|
DO :
DS :
Klien mengatalakn cemas
karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik
dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan dan gangguan peran pada keluarga
(self esteem).
|
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
|
Cemas
|
4.
|
DO :
DS :
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang proses penyakit, perawatan maupun pengobatan serta
kurangnya pengetahuan tentang diet.
|
Kurangnya informasi.
|
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatan
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus.
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Intake makanan yang kurang.
3.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
4.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
RENCANA TINDAKAN
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
RENCANA TINDAKAN
|
RASIONAL
|
1.
|
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
|
Klien mampu menunjukkan
perbaikan oksigenasi.
Kriteria hasil
1.
Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
2.
RR : 12 – 24 x /menit
3.
Nafas panjang
4.
Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
5.
Ketidaknyamanan dada (–)
6.
Nadi 60 – 100 x/menit.
|
1.
Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri,
nadi dan nilai oksimetri.
2.
Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna).
3.
Observasi tanda vital dan status kesadaran.
4.
Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas
klien.
5.
Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan.
6.
Pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan
disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7.
Kolaborasi untuk pemberian obat yang telah
diresepkan.
|
1.
Memantau perkembangan kegawatan pernafasan.
2.
Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis.
3.
Menentukan status pernafasan dan kesadaran.
4.
Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang
membutuhkan banyak Okigen.
5.
Memenuhi kebutuhan oksiegen.
6.
Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn.
7.
Obat mukolitik dan ekspektoransia akan mengencerkan
produksi mukus yang mengental.
|
2.
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
makanan yang kurang.
|
Tujuan : Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
|
1.
Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
2.
Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
3.
Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
4.
Identifikasi perubahan pola makan.
5.
Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian
diet Tinggi Kalori dan Tinggi Protein.
|
1.
Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan
nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang
adekuat.
2.
Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.
Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat
badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
4.
Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program
diet yang ditetapkan.
5.
Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah komplikasi.
|
3.
|
Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
|
Tujuan
: rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria
Hasil :
1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
|
1.
Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2.
Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa
cemasnya.
3.
Gunakan komunikasi terapeutik.
4.
Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit
dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5.
Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter,
dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik
dan seoptimal mungkin.
6.
Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi
pasien secara bergantian.
7.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
|
1.
Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami
pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2
Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3
Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien
sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4
Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan
keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran
pasien.
5
Sikap positif dari timkesehatan akan membantu
menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6
Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota
keluarga yang menunggu.
7
Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas pasien.
|
4.
|
Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
|
Tujuan
: Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria
Hasil :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang
penyakit paru obstruktif kronik.
2.
Kaji latar belakang pendidikan pasien.
3.
Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4.
Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya
bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
|
1.
Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga,
perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang
diketahui pasien/keluarga.
2.
Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat
pendidikan pasien.
3.
Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4.
Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung
dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya
berkurang.
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
HARI/TANGGAL
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
|
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus.
|
Rabu, 6februari 2013
|
1.
Mengobservasi status pernafasan, nadi dan tekanan
darah.
2.
Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit
(warna).
3.
Mengobservasi tanda vital dan status kesadaran.
4.
Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas
klien.
5.
Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan.
6.
Mempertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi
dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7.
Mengkolaborasikan untuk pemberian obat yang telah
diresepkan.
|
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
|
Rabu, 6februari 2013
|
1.
Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
2.
Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diprogramkan.
3.
Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.
4.
Mengidentifikasi perubahan pola makan.
5.
Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian
diet Tinggi Kalori Tinggi Protein.
|
3.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya.
|
Kamis,
7februari 2013
|
1.
Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
2.
Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
rasa cemasnya.
3.
Menggunakan komunikasi terapeutik.
4.
Memberi informasi yang akurat tentang proses penyakit
dan menganjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
5.
Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat,
dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang
terbaik dan seoptimal mungkin.
6.
Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi
pasien secara bergantian.
7.
Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
|
4.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet,
perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
Kamis, 7februari 2013
|
1.
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang
penyakit PPOM.
2.
Mengkaji latar belakang pendidikan pasien.
3.
Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan
dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
4.
Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan,
manfaatnya bagi klien dan libatkan klien didalamnya.
|
EVALUASI (SOAP)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
HARI/TANGGAL
|
EVALUASI (SOAP)
|
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus.
|
Rabu, 6februari 2013
|
S :
O :
1.
Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
2.
RR : 26 x /menit
3.
Ketidaknyamanan dada (–)
4.
Nadi 95 x/menit.
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
|
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
|
Rabu, 6februari 2013
|
S :
O : Pasien mematuhi dietnya.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
|
3.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya.
|
Kamis,
7februari 2013
|
S :
O :
1.
Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2.
Emosi stabil., pasien tenang.
3.
Istirahat cukup.
A : masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
|
4.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet,
perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
Kamis, 7februari 2013
|
S :
O :
1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
A : masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar